Berikut ini kelanjutan kisah diskusi antara Kyai Bahaudin Mudhari vs Antonius Widuri.
Mempertanyakan Ketuhanan Yesus - Debat Islam vs Katolik seri III.
artikel diskusi malam pertama bisa dibaca di sini.
malam kedua
===========================================================================================
‘MASALAH KETUHANAN YESUS’
BM: Sejak kapan saudara beragama Kristen?
AW: Sejak saya dilahirkan.
BM: Apakah saudara benar-benar mempelajari bahwa agama Kristen itu suatu agama yang paling benar?
AW: Ya, memang saya menyadari.
BM: Apakah saudara berkeyakinan bahwa Kitab Injil itu suci?
AW: Ya, saya yakin sekali.
BM: Dari siapakah pengertian saudara bahwa Bibel itu dari Tuhan Yang Maha Suci?
AW: Guru saya menerangkan bahwa Bibel adalah Kitab Suci berisi pengajaran Tuhan Yesus, yang dicatat oleh Rasul-Rasul Matius, Lukas, Yohanes dan Rasul Markus.
BM: Apakah yang dimaksud suci pada Bibel itu mempunyai arti bahwa Bibel Bersih dari pada kesalahan-kesalahan.
AW: Betul demikian. Tetapi kesalahan yang bagaimana yang bapak maksudkan.
BM: Misalnya: Pada suatu saat ada orang mengabarkan pada saudara si A sakit, sedangkan orang lain memberitahukan bahwa pada saat itu si A tidak sakit. Kedua berita itu apakah benar semuanya atau salah semuanya, atau salah satunya yang benar?
AW: Di antara keduanya itu tentu salah satu yang benar atau keduanya salah dan mustahil kedua-duanya benar.
BM: Satu misal lain, si A mempunyai 3 orang anak dan orang lain mengatakan si A mempunyai 10 anak. Apakah dua perkataan itu benar semuanya atau salah semuanya atau salah satu yang benar?
AW: Tidak mungkin benar semuanya, melainkan salah satunya yang benar atau salah semuanya.
BM: Kalau saya mengatakan benar semuanya, bagaimana pendapat saudara?
AW: Itu adalah mustahil, karena ternyata ada perselisihan diantara keduanya.
BM: Andaikata ada suatu kitab suci, akan tetapi ayat-ayat didalamnya diantara yang satu dengan yang lain terdapat perselisihan, apakah kitab itu akan dinamakan Kitab suci?
AW: Tentu bukan kitab suci, karena yang dinamakan kitab suci itu adalah ilham (wahyu) dari Tuhan, yang mustahil terdapat kesalahan atau perselisihan.
BM: Jadi kalau begitu bukan Kitab suci lagi?
AW: Betul, kesuciannya telah batal.
BM: Kalau demikian, tentu isinya tidak dapat dipercaya, kesuciannya atau kebenarannya, karena diantara ayat-ayatnya terdapat perselisihan.
AW: Yang jelas diantara ayat-ayatnya pasti bukan dari Tuhan, atu sudah dicampur adukkan dengan karangan manusia, sehingga kesuciannya ternoda. Ringkasnya sudah tidak suci lagi.
BM: Kalau misalnya Bibel terdapat selisih antara satu ayat dengan ayat lain apakah saudara masih berkeyakinan Bibel itu kitab suci?
AW: Saya tidak yakin kalau Kitab Bibel tidak suci. Terkecuali kalau ada bukti-bukti nyata yang menunjukkan ayat-ayatnya berselisih antara yang satu dengan yang lain, yang dapat menimbulkan keraguan saya tentang kesuciannya. Menurut penelitian bapak, apakah ayat-ayat Bibel ada yang berselisih?
BM: Ya, banyak yang berselisih.
AW: Di Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru.
BM: Dua-duanya terdapat beberapa perselisihan antara satu ayat dengan ayat yang lain.
AW: Di bab apa dan pasal serta ayat berapa?
BM: Supaya berurutan saya atur dalam beberapa pasal: Pertama soal Ketuhanan Yesus, karena soal ketuhanan adalah termasuk kepercayaan pokok pada tiap-tiap agama. Jadi soal ini perlu sekali didahulukan. Sesudah itu kita berpindah kepada soal yang lain yang berhubungan dengan soal agama Kristen yang termaktub dalam kitab Bibel. Bagaimana pendapat saudara?
AW: Baik, saya menyetujui pendapat bapak.
BM: Sekarang saya ingin bertanya, apakah alasan saudara bahwa Yesus menjadi anak Tuhan?
AW: Dalam “Matius,” pasal 3 ayat 17 menyebutkan demikian: “Maka suatu suara dari langit mengatakan: “Inilah anakku yang kukasihi. Kepadanya aku berkenan.” Juga di Lukas pasal 4 ayat 41, bahwa “Yesus itu anak Allah.”
BM: Kalau begitu silahkan buka “Matius” pasal 5 ayat 9.
AW: Baik. Dalam pasal dan ayat itu menyebutkan: “Berbahagialah segala orang yang mendamaikan orang, karena mereka itu akan disebut anak-anak Allah.”
BM: Berdasarkan ayat tersebut yang dimaksudkan ” Anak Allah” itu ialah orang yang dihormati seperti Nabi. Kalau Yesus dianggap anak Allah, maka semua orang yang mendamaikan manusia pun menjadi anak-anak Allah juga. Jadi bukan Yesus saja Anak allah tetapi ada terlalu banyak.
AW: Dalam “Yohanes” pasal 14 ayat 9 disebutkan “Siapa yang sudah tampak Aku, ia sudah tampak Bapa,” dan di ayat 10 disebutkan: “tiadakah engkau percaya bahwa aku ini didalam Bapa, dan Bapapun didalam Aku? Segala perkataan yang aku ini katakan kepadamu, bukanlah Aku katakan dengan kehendak sendiri, melainkan Bapa itu yang tinggal didalam Aku. Ia mengadakan segala perbuatan itu.”
BM: Baiklah. Silahkan saudara periksa “Yohanes” pasal 17 ayat 23.
AW: Baik. Di pasal ini disebutkan bahwa: “Aku di dalam mereka itu, dan Engkau didalam Aku; supaya mereka itu sempurna di dalam persekutuan.”
BM: Perhatikan di ayat ini ada tersusun kata “Aku di dalam mereka.” Kata “mereka” di ayat ini ialah sahabat Yesus. Sedang yang dimaksudkan “dengan aku” ialah Yesus. Jadi kata “AKU” beserta mereka artinya Yesus beserta sahabat-sahabatnya. Jadi Tuhan itu beserta Yesus dan para sahabatnya. Kalau saudara percaya hal kesatuan Yesus dengan Bapa maka saudara pun harus percaya tentang kesatuan Bapa itu dengan semua sahabat Yesus yang berjumlah 12 orang itu. Jadi bukan Yesus dan Roh suci saja yang menjadi satu dengan Tuhan,melainkan harus ditambah 12 orang lagi. Ini namanya persatuan Tuhan atau Tuhan persatuan bukan hanya Tritunggal tetapi 15-tunggal. Jadi berdasarkan perselisihan ayat-ayat tsb, yang manakah yang benar. Tiga menjadi Tunggal atau 15 menjadi Tunggal. Ayat manakah yang akan saudara yakini, yang tiga menjadi tunggal ataukah yang 15 itu?
AW: Tunggu dulu Pak, ini agak membingungkan saya.
BM: Tentu akan lebih membingungkan saudara kalau saya tunjukkan ayat yang lain. silahkan periksa “Yohanes” pasal 17 ayat 3.
AW: Baik! Disini menyebutkan: “Inilah hidup yang kekal, yaitu supaya mereka mengenal Engkau, Allah yang Esa dan Yesus Kristus yang telah Engkau suruhkan itu.”
BM: Di ayat ini menyebutkan Tuhan adalah Esa. Dalam Kamus bahasa Indonesia oleh E. St. Harahap, cetakan ke II disebutkan bahwa Esa itu berarti satu, pertama (tunggal) dan di ayat itu juga disebutkan bahwa Yesus Kristus adalah Pesuruh Allah (Utusan/Rasul). Kalau demikian, manakah yang benar. Di satu ayat menyebutkan Tuhan dengan Yesus menjadi satu di lain ayat 15 menjadi satu dan yang lain lagi Tuhan itu Tunggal, sedangkan di ayat itu pula menyebutkan bahwa Yesus itu pesuruh Allah bukan Tuhan. Menurut pengakuan saudara suatu Kitab suci yang kandungan ayat-ayatnya bertentangan antara yang satu dengan yang lain tentu sulit sekali dipercaya kesuciannya, karena yang disebut suci itu bersih dari kekeliruan dan perselisihan.
AW: Masih adakah ayat yang menyebutkan demikian?
BM: Ayat yang bagaimana yang saudara maksudkan?
AW: Ayat yang menyebutkan bahwa Tuhan itu Esa (Tunggal), bukan tiga menjadi satu.
BM: Silahkan buka di “Ulangan” pasal 4 ayat 35.
AW: Baik. Di pasal dan ayat ini menyebutkan: “Maka kepadamulah ia itu ditunjuk, supaya diketahui olehmu bahwa Tuhan itulah Allah, dan kecuali Tuhan yang Esa tiadalah yang lain lagi.”
BM: Jelas di dalam Bibel sendiri menerangkan bahwa Tuhan itu Esa, Tunggal.
AW: Tetapi itu di dalam Kitab Perjanjian Lama. Apakah terdapat juga di Perjanjian Baru?
BM: Saudara minta di Perjanjian Baru, baiklah. Silahkan saudara buka Markus pasal 12 ayat 29.
AW: Baik. Di pasal dan ayat tersebut menyebutkan: “Maka jawab Yesus kepadanya. hukum yang terutama ialah: Dengarlah olehmu hai Israel, adapun Allah Tuhan kita ialah Tuhan yang Esa.”
BM: Periksa lagi di Perjanjian Lama di “Ulangan” pasal 6 ayat 4.
AW: Baik, di sini disebutkan: “Dengarlah olehmu hai Israel, sesungguhnya Hua Allah kita, Hua itu Esa adanya.”
BM: Apakah belum jelas bahwa Bibel sendiri yang menjadi Kitab Sucinya Orang Kristen menyebutkan seterang-terangnya bahwa Tuhan itu tunggal, bukan tiga menjadi satu atau satu menjadi tiga. Taruh kata di Bibel ada ayat yang menyebutkan Tuhan itu tiga menjadi satu, saya ingin bertanya yang manakah di antara kedua ayat itu yang benar, yang Tunggalkah atau yang tiga menjadi Tunggal. Jadi salah satu dari dua ayat tersebut pasti ada yang benar, karena sudah jelas dua ayat itu tidak sama. Kalau salah satu atau dua-duanya salah, maka kandungan Kitab suci itu ada yang salah; jadi bukan Kitab suci namanya.
AW: Betul, salah satu pasti salah atau kedua-duanya salah.
BM: Kalau demikian apakah dapat diyakini kebenarannya sebagai kitab suci, kalau kitab suci itu mengandung kesalahan atau tidak benar isinya.
AW: Ya, yang disebut kitab suci itu harus bersih dari kesalahan-kesalahan kalau tidak demikian maka batallah kesucian kitab suci itu.
BM: Menurut kepercayaan saudara, apakah Yesus bersatu dengan Allah?
AW: Ya demikian.
BM: Kalau demikian tentu Yesus adalah selalu bersama Allah dan Allah selalu bersama Yesus?
AW: Betul demikian sebagaimana tersebut dalam “Yohanes” 10, 30 yang bunyinya sebagai berikut: “Aku dan Bapa itu satu adanya.” Demikian juga Roh suci sebab Roh suci itu menjadi satu dengan Yesus, sebagaimana tersebut dalam injil, ialah setelah Yesus berumur 30 tahun turun roh suci kepadanya dan dibaptiskan oleh pembaptis yaitu Yohanes. Jadi jelas bahwa Yesus, Roh suci, Tuhan adalah Tunggal.
BM: Kalau begitu silahkan buka “Matius” pasal 27 ayat 46.
AW: Baik, dipasal dan ayat tersebut menyebutkan: “Maka sekira-kira pukul tiga itu berserulah Yesus dengan suara yang nyaring katanya: “Eli, Eli lama sabaktani,” artinya “Ya Tuhan, apakah sebabnya Engkau meninggalkan Aku.”
BM: Berdasarkan seruan Yesus di ayat itu, jelas bahwa Yesus tidak bersatu dengan Tuhan, yakni Tuhan meninggalkan Yesus, waktu akan disalibkan. Mestinya kalau Tuhan menjadi satu dengan Yesus, disaat itulah saat tepat untuk menolong Yesus, tetapi kenyataannya Tuhan tidak bersatu dengan Yesus sehingga Yesus sendiri minta tolong.
AW: Tetapi Yesus itu hidupnya memang untuk disalib guna menebus dosa manusia.
BM: Kalau hidupnya Yesus memang untuk disalib, mengapa Yesus tidak bersedia dan menolak untuk disalib. Buktinya ia berseru dengan suara nyaring minta tolong pada Tuhan agar ia terlepas dari disalibkan. Dengan kata lain Yesus tidak bersedia selaku penebus dosa.
AW: Betul, saya lantas tidak mengerti mengapa ayat-ayat Bibel itu ada simpang siur.
BM: Dari sebab itulah mengapa saudara menyembah Yesus selaku Tuhan yang tidak berkuasa menyelamatkan dirinya sendiri, malah minta tolong. Pantaskah ada Tuhan demikian. Dan saya lanjutkan pertanyaan, apakah manusia-manusia yang menyalibkan Yesus itu dilaknat?
AW: Pasti dilaknat.
BM: Mestinya tidak dilaknat, malah Yesus harus berterima kasih kepada mereka yang menyalibkan dia, bahkan mereka itu seharusnya mendapatkan ganjaran, karena menurut keterangan saudara, kehidupan Yesus itu harus disalib untuk menebus dosa-dosa. Jika tidak ada manusia yang bersedia menyalibkan Yesus, maka dosa-dosa manusia tentu tidak ada yang menebusnya. Jadi manusia-manusia yang telah menyalib Yesus itu berjasa kepada Yesus dan penganut-penganut kristen. Akan tetapi mereka yang sudah terbukti berjasa itu malah dilaknat. Mestinya mereka itu masuk surga dan dipuji-puji atas jasanya.
AW: Ini memang tidak masuk akal atau sekurang-kurangnya memang sulit dimengerti; akan tetapi Roh Tuhan bersatu dengan Yesus itu tidak mustahil. Sebagaimana banyak manusia yang kesurupan hantu, jin malaikat atau makhluk-makhluk halus lainnya, sehingga tindakan tindakan dan perbuatannya menurut kehendak makhluk halus tersebut. Demikian juga ada yang kemasukan Roh suci seperti roh malaikat sehingga tindakan-tindakan dan perbuatannya adalah suci.
BM: Kalau demikian baiklah saya bikin pertanyaan; Manusia yang bersatu (kesurupan) jin itu apakah dia disebut jin.
AW: Tidak!
BM: Yesus yang bersatu (menerima) Roh Tuhan itu apakah ia disebut Tuhan?
AW: Mestinya tidak juga.
BM: Seharusnya begitu. Jadi jelas bahwa Yesus yang menerima Roh ketuhanan tentunya bukan Tuhan. Manusia yang menerima wahyu Tuhan itu bukan Tuhan melainkan adalah utusan (pesuruh) Tuhan. Sessuai dengan pengakuan Yesus sendiri sebagaimana tersebut dalam “Yohanes’ pasal 17 ayat 3 yang berbunyi: “Supaya mereka itu mengenal Engkau. Allah Yang Maha Esa dan Benar, dan Yesus Kristus yang telah Engkau suruhkan itu.”
AW: Saya lantas tambah tidak mengerti tentang Ketuhanan Yesus itu.
BM: Menurut keterangan saudara tadi, bahwa manusia yang bersatu dengan (kesurupan) makhluk halus seperti roh-roh, jin dan malaikat, maka tindakan dan perbuatannya pasti menurut kehendak atau menyerupai perbuatan makhluk-makhluk halus itu?
AW: Benar begitu.
BM: Kalau demikian maka Yesus yang saudara akui bersatu dengan Tuhan mestinya tindakan-tindakan dan perbuatannya menyerupai perbuatan Tuhan.
AW: Mestinya begitu.
BM: Akan tetapi kenyataannya tidak demikian. Tuhan tidak tidur tetapi Yesus tidur, Tuhan tidak makan tetapi Yesus makan, Tuhan tidak sakit tetapi Yesus sakit, Tuhan tidak menyembah kepada siapapun tetapi Yesus menyembah Tuhan. Tuhan tidak mati tetapi Yesus mati, walaupun menurut Doktrin Kristen hidup kembali tetapi ia mati.
AW: Menurut anggapan orang Kristen salah satu yang mneyebabkan Yesus bersatu dengan Tuhan, karena ia mengetahui yang gaib.
BM: Kalau begitu silahkan buka “Markus” pasal 13 ayat 31, 32.
AW: Baik, ayat itu menyebutkan: “Sesungguhnya langit dan bumi akan lenyap tetapi perkataanku kekal. Tetapi akan harinya atau ketikanya itu tidak diketahui oleh seorang juapun, baik segala malaikat yang di sorgapun tidak, anak itu pun tidak, hanyalah Bapa saja.”
BM: Jelas di Bibel sendiri tertulis, Yesus sendiri mengaku tidak ada yang tahu kapan hari kiamat, melainkan hanya Tuhan sendiri. Jadi tegas Yesus sendiri tidak mengetahui waktunya hari kiamat, yang termasuk suatu yang gaib. Yang tidak tahu itu pasti bukan Tuhan.
AW: Tetapi Yesus menyebutkan dirinya di ayat ini dengan kata: “Anak,” yang berarti ia anak Tuhan.
BM: Silahkan buka “Matius” pasal 1 ayat 16.
AW: Baik. Disitu disebutkan: “dan Yakub memperanakkan Yusuf, yaitu suami Maria; ialah yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.”
BM: Jelas bahwa yang diperanakkan itu pasti bukan Tuhan sebagaimana tersebut dalam ayat tersebut Silahkan periksa lagi “Keluaran” pasal 4 ayat 22.
AW: Baik. Di situ disebutkan: “Maka pada masa itu hendaklah katamu kepada Fir’aun demikian: ‘Inilah firman Tuhan: Bahwa Israil itulah anakku laki-laki,yaitu anakku yang sulung’.”
BM: Di ayat ini disebutkan bahwa Israil adalah anak tuhan yang sulung, sedangkan Yesus tidak disebutkan anak yang keberapa. silahkan buka lagi “Yeremia” pasal 31 ayat 9.
AW: Ayat ini menyebutkan, “Akulah bapak bagi Israil; dan Afraim itulah anak yang sulung.”
BM: Jelas sekali bahwa berdasarkan Bibel sendiri Anak Tuhan itu banyak,bukan Yesus saja, padahal sebenarnya yang dimaksudkan dengan “Anak” dalam ayat itu ialah mereka yang dikasihi oleh Tuhan, termasuk Yesus jadi bukan anak yang sebenarnya.
AW: Tetapi dalam “Matius,” pasal 1 ayat 18, menyebutkan sebagai berikut: “Adapun kelahiran Yesus Kristus demikian adanya: Tatkala Maria, yaitu ibunya, bertunangan dengan Yusuf, sebelum keduanya bersetubuh, maka nyatalah Maria itu hamil dari pada roh kudus.” Roh kudus artinya Roh Tuhan.
Oleh karenanya maka Yesus itu adalah anak Tuhan, sebagaimana juga di “Matius” pasal 1 ayat 20 menyebutkan: “Yusuf bermimpi seorang Malaikat, Tuhan berkata: “Hai Yusuf, anak Daud janganlah engkau kuatir menerima Maria itu menjadi istrimu karena kandungan itu terbitnya dari pada Roh kudus.”
BM: Kalau begitu silahkan buka: “Kisah Rasul,” pasal 6 ayat 5.
AW: Baik, ayat itu menyebutkan: “Maka perkataan ini diperkenankan oleh sekalian orang banyak itu, lalu memilih Stephanus, yaitu seorang yang penuh dengan iman, dan Roh kudus, dan lagi Philippus, dan Prokhorus dan Nikanor dan Simion dan Parmenas dan Nikolaus yaitu mualaf asalnya dari negeri Antiochia.”
BM: Jadi berdasarkan ayat Bibel sendiri menunjukkan bahwa Roh Kudus itu bukan pada Yesus saja. Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus itu Roh Suci, atau Roh Kesucian yang maksudnya roh yang bersih dari roh-roh kotor, bukan seperti roh setan atau hantu. Sebagaimana halnya para Nabi lainnya dengan roh sucinya. Menurut Al-Qur’an, Roh Kudus (roh suci) itu berarti “Jibril.” Di Bibel sendiri menyebutkan bahwa para nabi yang terdahulu adalah Kudus.
AW: Di Bibel pasal berapa menyebutkan demikian?
BM: Silahlan periksa surat petrus yang kedua pasal 3 ayat 2.
AW: Baik. pasal dan ayat ini menyebutkan: “Supaya kamu ingat perkataan yang sudah disabdakan, dahulu oleh nabi yang kudus dan akan hukum Tuhan lagi juru Selamat, dengan jalan rasul-rasul yang disuruhkan kepadamu.”
BM: Jelas di Bibel sendiri menyebutkan bahwa Roh Kudus itu bukan Tuhan dengan kata lain bahwa Yesus dalam kandungan Maria itu bukan Tuhan atau Roh Tuhan, melainkan adalah roh bersih, suci, dengan izin atau perintah Allah yang dikaruniakan kepada hamba yang dikehendakinya. Lebih jelas harap saudara periksa dalam “Kisah Rasul,” pasal 5 ayat 32.
AW: Ayat tsb menyebutkan: “Dan kami inilah saksi atas segala perkara itu,” demikian juga Roh Kudus yang dikaruniakan Allah kepada sekalian orang yang menurut Dia.”
BM: Silahkan periksa lagi dalam ‘Lukas’, pasal 1 ayat 41.
AW: Pasal ini menyebutkan bahwa: “Maka berlakulah tatkala Elisabet mendengar salam Maria itu, meloncatlah kanak-kanak yang didalam rahimnya itu dan Elisabet penuh roh kudus.”
BM: Sudah jelas sekali bahwa arti Roh kudus adalah Roh Suci yang dikaruniakan oleh Allah kepada siapapun yang dikehendakinya. Kalau sekiranya Roh Kudus itu diartikan dengan Allah atau Roh Allah maka bukan Yesus saja menjadi Tuhan atau anak Tuhan, melainkan segala orang yang taat kepada Tuhan, para Nabi dan Elisabet (istri Zakaria) pun mestinya Tuhan juga.
AW: Yesus dianggap Tuhan oleh karena ia mempunyai ro Ketuhanan, terbukti dengan pangkat Ketuhannnya sehingga ia dapat menghidupkan orang mati. Inilah kesamaan Allah dengan Yesus.
BM: Kalau begitu, silahkan periksa di “Kitab Raja-raja yang kedua” pasal 13 ayat 21.
AW: Baik, disini ada menyebutkan: “Maka sekali peristiwa apabila dikuburkannya seorang Anu, tiba-tiba terlihat mereka itu suatu pasukan lalu dicampakkannya orang mati itu kedalam kubur Elisa, maka baru orang mati itu dimasukkan ke dalamnya dan kena mayat Elisa itu, maka hiduplah orang itu pula, lalu bangun berdiri.”
BM: Disini menyebutkan malah tulang-tulang Elisa dapat menghidupkan orang mati. Jadi bukan Yesus saja dapat menghidupkan orang mati bahkan tulang-tulang Elisa dapat menghidupkan orang mati. Yang berarti tulang-tulang Elisa adalah tulang-tulang ketuhanan. Kalau Yesus di waktu hidupnya dapat menghidupkan orang mati, akan tetapi Elisa di waktu tak bernyawa, malah hanya dengan tulang-tulangnya, yang di dalam kubur dapat menghidupkan orang mati. Kalau perbuatan Yesus dikatakan ajaib maka Elisa lebih ajaib dari pada Yesus. Jadi seharusnya Ilyaspun dianggap Tuhan juga. Periksa lagi di “Kitab Raja-Raja yang pertama,” pasal 17 ayat 22.
AW: Ya, disini menyebutkan:
“Maka didengar akan Do’a Elisa itu, lalu kembalilah nyata kanak-kanak itu kedalamnya sehingga hiduplah ia pula.”
BM: Kalau secara adil, seharusnya Elisa dianggap Tuhan juga.
AW: Tetapi Yesus dapat menyembuhkan orang buta sehingga melihat.
BM: Kalau begitu periksa “Kitab Raja-Raja yang kedua,” pasal 6 ayat 17 dan 30.
AW: Ya di pasal itu menyebutkan yang maksudnya bahwa Elisa dapat menyembuhkan orang buta, sehingga dapat melihat.
BM: Kalau begitu, Elisa pun harus diangap tuhan juga, karena menyamai Yesus dan menyamai sifat Tuhan.
AW: Sekali lagi Yesus dapat menyembuhkan penyakit lepra (penyakit kusta).
BM: Silahkan periksa kitab Raja-Raja yang kedua pasal 5 ayat 10 dan 11.
AW: Baik. Di pasal dan ayat itu menyebutkan yang maksudnya bahwa Elisa dapat menyembuhkan orang sakit kusta bernama Naaman.
BM: Jadi Elisa pun dapat menyembuhkan orang buta dan penyakit kusta malah dapat menghidupkan orang mati. Mengapa tidak diangkat juga menjadi Tuhan?
AW: Akan tetapi pasal kejadian Yesus tanpa pencampuran laki-laki dengan istrinya. Inilah kelebihan rohnya Yesus daripada rohnya Elisa.
BM: Asal kejadian Nabi Adam tanpa bapak dan ibu. Mengapa Adam tidak dianggap Tuhan. Juga Hawa asal kejadiannya tanpa ibu, iapun bisa dianggap juga Tuhan Wanita.
AW: Tetapi Adam dan Hawa kedua-duanya berdosa.
BM: Kalau begitu Yesuspun berdosa, karena Yesus keturunan Maria, sedang Maria keturunan Adam dan Hawa. Yesus sendiri pernah dibawa oleh Iblis ke puncak gunung. Pantaskah Tuhan dibawa oleh Iblis.
AW: Dimana cerita itu disebutkan?
BM: Di Bibel. Silahkan saudara periksa”Lukas” pasal 4 ayat 5.
AW: Baik. Disitu menyebutkan: “Maka Iblis pun membawa dia ke puncak gunung.”
BM: Nah, suatu kejadian aneh, Tuhan dibawa iblis yang berarti ia tunduk kepada kemauan iblis.
AW: Walaupun demikian Yesus tetap suci daripada dosa.
BM: Para Nabi lainnya pun suci dari pada dosa. Akan tetapi mereka tidak menganggap dirinya selaku Tuhan, malah Yesus sendiripun tidak juga mengaku Tuhan, sedangkan pengikut-pengikutnya mempertuhankan dia.
AW: Tidak demikian, Nabi-nabi berbuat dosa tetapi Yesus tidak.
BM: Nabi-nabi yang berbuat dosa atau kesalahan itu telah bertobat, lalu diberi ampun oleh Tuhan, sebagaimana juga Yesus pernah minta ampun dan diberi ampun oleh Tuhan. Mereka para Nabi diberi ampun, artinya dosanya telah habis karenanya, lalu mereka disebut bersih dari dosa dan kesalahan-kesalahan.
AW: Dimanakah menyebutkan bahwa Yesus merasa ia minta ampun kepada Tuhan?
BM: Silahkan saudara periksa sendiri di “Matius” pasal 6 ayat 12.
AW: Baik, di pasal dan ayat tersebut menyebutkan: “Dan ampunilah kiranya kami segala kesalahan kami, seperti kami ini sudah mengampuni orang yang berkesalahan kepada kami.”
BM: Jelas Yesus sendiri meminta ampun akan kesalahannya. Jadi dia pernah berbuat kesalahan.
AW: Tetapi di ayat ini juga ada menyebutkan bahwa Yesus suka memberikan ampun semua kesalahan orang kepadanya.
BM: Kalau hanya begitu, kitapun bisa. Kitapun bersedia memberikan ampun kepada orang-orang yang berbuat kesalahan kepada kita.
AW: Tetapi tidak ada manusia selain Adam yang dilahirkan kedunia ini tanpa Bapak, melainkan Yesus saja. Jadi masih dapat dibenarkan kalau Yesus disebut “Putera Tuhan” atau “Tuhan Anak.”
BM: Kalau misalnya ada seorang manusia yang dilahirkan tanpa Bapak dan Ibu, maka orang itu pasti akan diakui oleh saudara bahwa ia lebih berhak menduduki jabatan Tuhan daripada Yesus dilahirkan tanpa Bapak saja.
AW: Tetapi dalam sejarah manusia belum pernah ada, dan mustahil adanya.
BM: Kalau kiranya ada, maka yang manakah diantara keduanya yang lebih tinggi derajat Ketuhanannya antara Yesus yang dilahirkan hanya tanpa bapak saja dengan manusia yang dilahirkan tanpa Bapak dan Ibu.
AW: Menurut akal tentunya manusia yang dilahirkan tanpa Bapak dan Ibu itu lebih tinggi derajat ketuhanannya. Oleh karena ia dilahirkan lebih ajaib keadaannya dari pada kelahiran Yesus.
BM: Benarkah demikian pendapat Saudara?
AW: Ya, saya akui, manusia yang demikian lebih ajaib dari pada Yesus; akan tetapi saya minta supaya Bapak tunjukkan di Kitab; dan Bapak harus mengambil dari Kitab yang terkenal, bukan dari buku-buku dongengan atau ceritera-ceritera khayalan saja.
BM: Supaya lekas beres urusan ini, silahkan saudara periksa di Kitab Bibel atau Injil, Kitab Suci saudara sendiri.
AW: Di Bab dan pasal berapakah ada menyebutkan?
BM: Silahkan saudara periksa di “Ibrani” pasal 7 ayat 1, 2 dan 3.
AW: Baik, di pasal dan ayat ini menyebutkan seperti berikut: “Adapun Melkisedek itu, yaitu raja di Salem dan Imam Allah taala, yang sudah berjumpa dengan Ibrahim tatkala Ibrahim kembali daripada menewaskan raja-raja, lalu diberkatinya Ibrahim.”
“Kepadanya juga Ibrahim sudah memberi bahagian sepuluh Esa. Makna Melkisedek itu kalau diterjemahkan, pertama-tama artinya raja keadilan, kemudian pula raja di Salem, yaitu raja damai.” Yang tiada berbapak dan tiada beribu dan tiada bersilsilah, dan tiada berawal.”
BM: Cukup, saudara telah membaca di kitab suci saudara sendiri, bahwa Melkisedek seorang raja di Salem tanpa Bapak dan Ibu, malah tiada silsilahnya. Sesuai dengan pendapat saudara, apakah cerita yang disebutkan dalam kitab suci saudara ini berupa dongengan atau cerita-cerita khayalan. Kalau dikatakan dongeng atau cerita khayalan, maka apakah saudara akan terima kalau ada yang mengatakan bahwa kitab suci saudara ada mengandung cerita-cerita khayalan atau dongengan yang dibuat-buat. Dan kalau saudara masih mempertahankan kesucian kitab saudara itu mengapakah saudara tidak mengangkat Melkisedek menjabat Tuhan juga, malah jabatan ketuhanannya tentunya lebih tinggi daripada Yesus. Dan berpegang dengan pendirian saudara sendiri bahwa kelahiran Melkisedek itu lebih ajaib dari Yesus, oleh karena Yesus dilahirkan tanpa Bapak sedangkan Melkisedek dilahirkan tanpa Bapak dan Ibu. Selain itu Melkisedek masih mempunyai kelebihan lagi daripada Yesus, oleh karena Yesus dilahirkan dengan bersilsilah, yaitu dari Maria, sedangkan menurut Bibel sendiri Melkisedek dilahirkan tanpa silsilah sama sekali. Apakah saudara masih akan mempertahankan ketuhanan Yesus?
AW: Saya lantas tidak mengerti dan menjadi bingung!!
BM: Tidak mengerti itu tidak apa-apa, dan bingung sebenarnya tidak apa-apa, karena kalau sudah mengerti rasa bingung akan lenyap dengan sendirinya.
AW: Ya, saya membenarkan keterangan Bapak. Tetapi dalam kitab Injil Johanes pasal 1 ayat 1 dan 2 menyebutkan: “Maka pada mulanya ada itu Kalam maka Kalam itu, serta dengan Allah, dan Kalam itu Allah, dan kalau itu Allah. Ia itu pada mulanya serta dengan Allah.” Kata “Ia” di ayat ini maksudnya ialah “Yesus.” Jadi Yesus beserta dengan Allah.
BM: Dalam susunan ayat tersebut di atas ada kata penghubung ialah: “Serta” atau beserta. Kalau ada orang berkata “Si Salim dengan si Amin” maka susunan kalimat ini semua orang dapat mengerti bahwa si Salim tetap si Salim bukan si Amin jadi berdasarkan ayat Bibel yang Saudara baca dengan susunan “Ia” (Yesus) beserta Allah, langsung dapat dimengerti bahwa Yesus bukan Allah, dan Allah bukan Yesus. Jelaslah bahwa Yesus tidak sama dengan Allah: dengan kata lain kata Yesus bukan Tuhan. Dan di ayat itu juga disebutkan bahwa Kalam itu Allah. Padahal Kalam itu bukan Allah dan Allah bukan Kalam. Jadi Allah dan Kalam-pun lain.
AW: Bagaimana kalau Yesus disebut saja Anak Tuhan.
BM: Saya sudah jelaskan tentang itu pada saudara dalam pembicaraan kita yang lalu. Dan saudara telah mengakui kebenaran keterangan saya. Sekarang saya tambah, Kalau Tuhan itu beranak, baik anaknya berupa manusia seperti Yesus atau lainnya, maka ke Esa-an Tuhan sudah ternoda karenanya. Sedang kita-pun tidak mungkin menodai ke Esa-an Tuhan.
AW: Tetapi dalam kitab: “Wahyu,” pasal 22 ayat 13 menyebutkan: “Maka Aku inilah Alif dan Ya, yang terdahulu dan yang kemudian. Yang Awal dan Yang Akhir.”
BM: Rangkaian perkataan itu bukan perkataan Yesus sendiri, melainkan firman Allah kepada Yesus. Bukti kebenaran perkataan saya ini silahkan saudara periksa di Kitab “Wahyu” tersebut pasal 21 ayat 6.
AW: Baik, pasal dan ayat ini menyebutkan: “Maka firmannya kepadaku: “Sudahlah genap; Aku inilah Alif dan Ya, yaitu yang awal dan yang Akhir.”
BM: Jelas di ayat itu menyebutkan: “Maka firmannya kepadaku,” Siapakah yang berfirman kepadaku (kepada Yesus) di ayat ini?
AW: Tentu Allah yang berfirman.
BM: Jadi yang berfirman Aku inilah Alif dan Ya, yang Awal dan Yang Akhir, bukan perkataan Yesus sendiri, tetapi firman Allah kepada Yesus.
AW: Di Johanes pasal 8 ayat 58 Yesus berkata: “Sebelumnya Ibrahim aku sudah ada.” Jadi bisa dianggap Yesus itu permulaan.
BM: Kalau Yesus dikatakan “Permulaan.” maka diapun tidak benar. Karena pada mulanya Yesus itu tidak ada, lalu diperanakkan oleh Maria dan sesudah itu Yesus mati. Walaupun ia dikatakan hidup lagi. Dan orang sudah mati itu tidak bisa dikatakan: “seorang yang terkemudian,” dan kalau Yesus itu hidup lagi, tidak bisa dikatakan: “Permulaan,” bukan pula “yang terkemudian,” bukan yang “awal,” maupun: “yang akhir.”
AW: Saya lantas makin tidak mengerti, malah tambah membingungkan saya karena pada mulanya Yesus itu tidak ada, lalu diperanakkan oleh Maria dan sesudah itu Yesus mati. Yang pada mulanya tidak ada, tidak bisa disebut: “permulaan.” Kalau Yesus diperanakkan, mustahil bisa disebut “permulaan” dan kalau Yesus pernah mati, mustahil bisa disebut “yang terkemudian.”
BM: Supaya lebih jelas kepada saudara maka saya hadapkan pertanyaan: Andaikata Yesus itu disebut “permulaan,” maka apa dengan dasar inikah saudara mengakui Yesus itu Tuhan.
AW: Ya, betul begitu.
BM: Kalau demikian, bagaimanakah anggapan saudara, kalau sekiranya dalam kitab suci saudara ada menyebutkan bahwa ada seseorang manusia Yesus, yang tidak ada permulaannya dan tidak ada kesudahannya. Apakah manusia itu akan diakui Tuhan juga oleh saudara.
AW: Di pasal manakah menyebutkan demikian?
BM: Sebelum saya tunjukkan, apakah saudara masih tetap berpendirian akan mengakui Tuhan kepada seorang yang tidak ada permulaan dan kesudahannya, sebagaimana saudara bertuhan kepada Yesus.
AW: Kalau betul ada, tentu saya bimbang atau sekurang-kurangnya meragukan saya atas kebenaran Yesus selaku Tuhan.
BM: Mestinya saudara mengakui Tuhan dua-duanya, dengan lain kata disamping Yesus ada lagi Tuhan Tambahan.
AW: Ya, bisa juga begitu. Akan tetapi tentu saja keyakinan saya lantas tambah tidak karuan. Di pasal manakah ada menyebutkan ada seorang manusia yang tidak ada permulaan dan kesudahannya.
BM: Saya telah katakan dikitab suci saudara sendiri. Silahkan buka Ibrani pasal 7 ayat 2 dan 3.
AW: Baik, seperti tadi sudah saya bacakan sampai baris pertama ayat ketiga dari pasal tersebut sebagai berikut: “Melkisedek yang tiada berbapa dan tiada beribu dan tiada bersilsilah dan tiada berawal dan berkesudahan hidupnya, melainkan ia diserupakan Anak Allah. maka kekallah ia selama-salamanya.”
BM: Bagaimana perasaan saudara dengan susunan ayat ini. Berdasarkan ayat ini bukan Yesus saja yang menjadi permulaan tetapi juga Melkisedek.
AW: Keyakinan saya memang jadi bimbang terhadap Ketuhanan Yesus.
BM: Bimbang atau tidaknya terserah saudara, yang jelas tidak ada niat sama-sekali untuk mengajak saudara meninggalkan Agama Kristen. Yang penting adalah diskusi dan penelitian semata-mata. Meneliti dan menganalisa terhadap sesuatu adalah hak semua orang, asalkan penelitian itu benar-benar tidak mengganggu ketentraman umum.
AW: Terimakasih, dan saya masih akan bertanya lagi pada Bapak; maklumlah saya ini sedang mencari kepuasan yang dapat menimbulkan keyakinan saya dalam memeluk agama.
BM: Silahkan saudara bertanya, keyakinan itu timbul setelah menyelidiki dan meneliti dengan kepuasan. Di dalam Agama Islam tidak ada paksaan. Yang penting menyampaikan (da’wah), tidak lebih dari itu. Teruskanlah pertanyaan saudara.
AW: Setelah kita bersoal jawab tentang Ketuhanan Yesus timbullah keraguan dalam hati saya, namun apakah bapak masih bersedia menunjukkan ayat-ayat Bibel yang menyatakan bahwa Yesus itu bukan Anak Tuhan.
BM: Walau telah saya tunjukkan ayat-ayat Bibel sendiri, tentang pengakuan Yesus sendiri bahwa Tuhan itu Tunggal, namun demi pengharapan saudara akan saya penuhi juga. Akan tetapi apakah tidak sebaiknya kita lanjutkan besok malam saja oleh karena waktu sudah malam (Jam 12.25).
AW: Ya, terima kasih, besok malam saja kita lanjutkan.
==============================================
Bersambung ke malam ketiga. Apakah Yesus itu Tuhan? Debat Islam vs Katolik seri IV
0 Response to "Mempertanyakan Ketuhanan Yesus-Debat Islam vs Katolik seri III"
Post a Comment